Konsep Parameter Atau Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Pendahuluan
Energi tubuh berasal dari metabolisme zat makanan terutama gula (glukosa) dalam rangkaian reaksi kimia yang mengunakan oksigen sebagai bahan oksidasinya. Reaksi ini akan menghasilkan energi dan membrei sisa metabolisme berupa air dan CO2.
Pada keadaan kekurangan oksigen, sel akan mendapatkan energi dari glikolisis anaerob, yang hanya menghasilkan sedikit energi dan asam laktat. Jika keadaan berlangsung lama maka timbunan asam laktat akan mengakibatkan cairan tubuh menjadi asam dan aktivitas sel menurun.
Dengan demikian jelas bahwa peranan O2 sangat besar dalam kehidupan sel, karena itu sebagai profesional perawat harus mampu mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan pemenuhan oksigenasi yang terjadi pada pasien.
Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel – sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernafas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler dan hematology. Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya.
v Ventilasi
Ventilasi merupakan proses masuknya O2 atmosfer ke alveoli dan keluarnya alveoli ke atmosfer. Ventilasi dipengaruhi oleh:
1. Tekanan O2
Adanya perbedaan tekanan udara atmosfer dan tekanan dalam thorak menyebabkan udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, yaitu saat inspirasi (tekanan intrathorak < tekanan atmosfer) dan ekspansi (tekanan intrathorak > tekanan atmosfer).
2. Keadaan jalan nafas
Jalan nafas meliputi organ hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchus, bronchiolus, sampai ke alveoli.
3. Kemampuan compliance dan recoil paru
Merupakan daya pengembangan dan pengempisan paru saat inspirasi dan ekspirasi. Hal ini tergantung dari gerakan diafragma, dinding thorak, elastisitas jaringan paru, dan cairan surfactant.
4. Regulasi pernafasan
Pusat pernafasan terdapat di Pons dan Medula Oblongata. Area ini sangat sensitif terhadap kosentrasi hydrogen dan CO2. pusat nafas terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil metabolisme sel yang mampu dengan mudah melewati sawar darah otak/cerebrospinal. Adanya trauma/edema otak /peningkatan TIK akan menganggu system pengendalian ini.
Proses Inspirasi
KONTRAKSI DIAFRAGMA KONTRAKSI OTOT INSPIRASI
Peningkatan diameter thorax dan paru
Penurunan tekanan intra thorax
Inspirasi
(proses aktif)
Proses Ekspirasi
RELAKSASI OTOT INSPIRASI
Penurunan ukuran thorax dan paru
Peningkatan tekanan intra thorax
Ekspirasi
(proses pasif)
Volume Dan Kapasitas Paru
a. Tidal volume
Tidal volume yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru dalam pernafasan “biasa”, ± 500 cc dan akan meningkat bila ada peningkatan aktivitas fisik.
b. Volume cadangan respirasi/inspirasi (IRV)
Yaitu volume udara yang masih dapat dimasukan ke dalam paru pada inspirasi maksimal, setelah pernafasan biasa. ± 3100 cc
c. Volume cadangan ekspirasi
Yaitu volume udara yang dapat dikeluarkan dari paru dengan ekspirasi maksimal, setelah ekspirasi biasa. ± 1200 cc.
d. Volume residu (RV)
Volume residu yaitu udara yang masih ada dalam paru, setelah ekspirasi biasa. ± 1200 cc.
e. Kapasitas vital
Kapasitas vital adalah volume udara yang dapat dikeluarkan dengan expirasi maksimal setelah inspirasi maksimal. ± 4800 cc
f. Kapasitas total (total lung capacity)
Kapasitas total adalah jumlah kapasitas vital dengan volume residu. ± 6000 cc
g. Kapasitas residu fungsional
Kapasitas residu fungsional yaitu jumlah udara yang masih tertingal di dalam paru setelah expirasi biasa ± 2400 cc.
h. Kapasitas inspirasi
Yaitu volume udara yang dapat diispirasi setelah akhir ekspirasi biasa. ± 3600 cc.
v Difusi Gas
Merupakan proses pertukaran O2 dan CO2 dari alveoli ke pembuluih darah dan dari pembuluh darah ke alveoli. Pertukaran gas ini berlangsung di bagian akhir saluran pernafasan dari tempat tekanan/kosentrasi tinggi ke rendah.
Proses difusi dipenngaruhi oleh:
· Ketebalan membrane respirasi, yang meliputi lapisan alveoli, interstitial dan endotel kapiler paru. Ketebalan ini bisa meningkat karena edema paru, kongesti paru. Dalam keadaan seperti ini maka udara harus melewati membrane respirasi dan cairan penghalangnya. Oleh kerena itu kecepatan difusi berbanding terbalik dengan tebalnya membran.
· Luas permukaan membrane, bila berkurang akibat suatu kondisi maka dipengaruhi pertukaran gas.
· Koefisien difusi, pada setiap gas koefisien difusi ini berbeda. CO 200x kecepatan O2, CO2 20 x kecepatan O2, O2 2x nitrogen, sehingga penurunan O2 tidak selalu disertai peningkatan CO2.
· Perbedaan tekanan, yaitu antara partial gas alveoli dengan dalam darah kapiler jika terjadi lebih besar tekananya maka akan terjadi difusi (perpindahan). Sehinga ada pengaruh sejak peristiwa ventilasi.
Fase difusi:
1) Fase gas, O2/udara atmosfer masuk sampai ductus alveoli kemudian berdifusi.
2) Fase membrane, melalui lapisan surfactant, ruang interstitial, lapisan kapiler
Plasma kapiler
3) Setelah O2 mencapai plasma kapiler, maka O2 harus mencapai sel darah merah berikatan dengan Hb.
v Transportasi Gas
Trasportasi gas yaitu pengangkutan O2 ke jaringan dan pengangkutan CO 2 dari jaringan ke udara luar. Hal ini dipengaruhi oleh:
1) Curah Jantung, peningkatan curah akan meningkatkan transport O2 dan CO2 dan sebaliknya.
2) Jumlah Eritrosit, penurunan eritrosit ?Hb akan menurunkan kadar O2/CO2 yang akan diangkut.
3) Exercise, kecepatan transportasi O2 meningkat akibat gerak badan, dan berdampak produksi CO2 juga meningkat yang akan merangsang pusat nafas sehingga dapat mempercepat keluaran CO2.
4) Hematokrit Darah, penurunan hematokrit darah mengambarkan rendahnya kosentrasi eritrosit dalam darah yang akan menurunkan trasportasi O2.
5) Keadaan pembuluh Darah, adanya sumbatan akan menurunkan trasportasi O2 ke jaringan.
· Pengangkutan Oksigen
O2 diangkut eritrosit dalam bentuk HbO2
- Sebagai Oxyhemoglobin ± 97%
- Larut dalam plasma ± 3%
Dan dilepas ke jaringan sesuai kebutuhan metabolisme.
· Pengangkutan O2 pada kadar Hb 15 gr%
Artinya pada setiap 100 ml darah akan mengandung 20,1 ml O2 (karena tiap gr, Hb dapat mengikat 1,34 ml O2)
· Dengan bernafas biasa kejenuhan Hb oleh O2 mencapai 97,5% pada ujung akhir kapiler paru dengan PO2 : 97 mmHg.
· Dalam keadaan ini darah arteri mengandung 19,8 ml O2/ml 100 darah.
PENGANGKUTAN CO2
PCO2 arteri 40 mmHg
CO2 dihasilkan dari proses metabolisme
Berdifusi keluar ke jaringan interstitial dan terus masuk ke kapiler
Kemudian masuk eritrosit
CO2 + H2O
H2CO3
H+ + HCO3
Pengangkutan CO2 dalam darah dapat dibagi dalam bentuk:
1. Ion HCO3 dalam eritrosit ± 70%
2. Ikatan dengan Hb dan Protein plasma
CO2 berikatan dengan Hb (karbaminohemoglobin)
3. CO2 dalam keadaan larut biasa
± 0,3 ml CO2 sebagai yang terlarut dimana jumlah tersebut tergantung PCO2.
REGULASI PERNAFASAN
Pusat pernafasan terletak di Pons dan Medula Oblongata
Pengaturan pusat pernafasan
1) Dipengaruhi oleh rangsang kimia (Chemoreseptor). Pusat-pusat pernafasan sangat peka terhadap perubahan kadar O2, CO2, ion H+
· Peningkatan PCO2 dan ion H+ merangsang pusat respirasi
· Penurunan PO2 merangsang kemoreseptor di perifer dan impuls akan diteruskan ke pusat respirasi.
· Peningkatan PCO2 dan penurunan PO2/pH darah ventilasi meningkat
· Penurunan PCO2 dan peninfgkatan pH/PO2 ventilasi menurun
· Pada perubahan asam basa.
Acid metab. (mis : DM) peningkatan asam laktat H+ darah meningkat
Hiperventilasi (kuat dan dalam) penurunan PCO2 alveoli dan arteri
H+ arteri menurun.
Alkalisis metabolic (mis: muntah-muntah) HCL lambung menurun ventilasi menurun peningkatan PCO2 arteri H+ meningkat normal.
Respiratory Asidosis Respiratory Alkalosis
Ventilasi tidak adekuat hiperventilasi
Penurunan difusi gas peningkatan difusi gas
Pengeluaran CO2 pengeluaran CO2>>
dari vena tidak adekuat
kosentrasi H+ darah meningkat kosentrasi H+ darah menurun
pH darah turun pH darah meningkat
dysnea tingkat kesadaran
tingkat kesadaran hiperventilasi
lemah keringat
sakit kepala mulut kering
pandangan kabur
2) Dipengaruhi oleh rangsangan bukan kimia, yang berasal dari :
· Kortex serebri : - nafas dapat dikendalikan dengan sengaja/hiperventilasi
- Gerak badan
· System limbic/hypothalamus : nyeri/ emosi
· Iritasi pada mukosa pernafasan : batuk, bersin
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAFASAN
¨ Status kesehatan
Klien dengan penyakit kronis, gangguan ginjal, jantung, paru dapat mempengaruhi pernafasan
¨ Perkembangan
Perubahan bentuk fisik, missal : scoliosis, obesitas
¨ Narkotik dan analgesic
Merupakan jenis obat yang dapat mendepresi pusat nafas penurunan pernafasan
“henti nafas” (terutama pada penggunaan morphin/mepheridin)
¨ Gaya hidup (life style)
- Klien dengan aktivitas menetap (duduk>>), tanpa diselingi exercise tidak membantu expansi paru
- Latihan rutin minimal 3x semingu (jalan kaki, berenang, aerobic)
- Merokok (aktif/pasif) berkontribusi terhadap penyakit paru/respirasi distres
¨ Lingkungan
Polusi udara penyakit pernafasan
¨ Psikologis
SSO yang merespon stress nafas penjang/hyperventilasi
BEBERAPA ISTILAH
Hipoksia : kekurangan O2 di jaringan
Anoksia : tidak ada O2 di jaringan
Hiperkapnia : retensi CO2 dalam tubuh PCO2 meningkat
PENGKAJIAN SISTEM PERNAFASAN
Ø RIWAYAT KLIEN
· Meliputi tentang adanya penyakit yang berkaitan dengan system pernafasan
· Misalnya: dyspnea sejak kapan? Apakah saat istirahat atau saat aktivitas, atau mungkin membuat klien terbangun dari tidur (Dyspnea Paroximal Nokturnal)
· Penyakit pernafasan dapat menyebabkan produki dan perubahan produksi sputum. Tanyakan berapa banyak dalam 24 jam. Berikan penampungnya.
Misalnya: kuning, hijau, coklat menandakan adanya infeksi bakteri dan putih menandakan bukan infeksi.
· Tanyakan adakah darah dalam sputum, jika ada berupa bercak/lapisan, warna terang/geelap.
· Tanyakan tentang riwayat sakit yang lalu atau yang berkaitan dengan faktor resiko, gaya hidup, dll.
Ø INSPEKSI
- Sianosis, biasanya sulit dideteksi jika klien anemis dan klien yang mengalami polisitemia (Hb ≥ 18 gr %) dapat mengalami sianosis pada ekstremitas.
- Sianosis perifer, terjadi pada ekstremitas, ujung hidung, telinga, karena adanya penurunan aliran darah ke organ ini dan teraba dingin terjadi penurunan kadar O2
- Sianosis sentral, terlihat pada bibir, lidah terjadi penurunan kadar O2
- Pernafasan bekerja:
- apakah dengan mengunakan otot asesori pernafasan
- apakah pada saat klien berbicara tersengal-sengal karena sesak.
- Adanya peningkatan diameter AP pada penyakit obstruktif atau klien yang kifosis (lansia)
- Jaringan parut di dada: sebagai penyebab distress paru
- Postur klien : duduk menyanga diri, misalnya pada penyakit obstruktif.
- Posisi trakea : deviasi/ditengah
Pada ateletaksis, trakea tertarik ke sisi yang sakit.
- Frekuensi nafas, normal 16-20 x/menit, meningkat pada sesak nafas
- Kedalaman pernafasan:
Missal : bila sampai 40 x/mnt, menunjukan distress pernafsaan berat.
- Adanya nyeri dada yang berkaitan dengan pneumonia, efusi pleura, pneumothorax atau fraktur iga menurunkan pengembangan paru
- Adanya tertaksi intercostae, berarti diperlukan uapaya besar dalam inspirasi.
Pengunaan otot bantu nafas meningkatkan kerja nafas.
- Adanya batuk, dengan produksi sputum atau tidak.
Ø PALPASI
- Adanya fremitus, yaitu dengan meletakan tangan datar di atas dada ucap
9-9 vibrasi terasa pada luar dada tangan pemeriksa.
Normal : terdapat fremitus
Pada yang terdapat halangan antara diding dada dan telapak tangan, missal pada efusi pleura.
Agak meningkat : pada keadaan terjadi konsolidasi paru.
Ø PERKUSI
- Jari menekan dada diatas dada, ujung jari yang lain diletakan di atas jari sambil mengetuk.
Normal : berbunyi resonan/gaung perkusi
- Jika terdapat udara (missal : pneumothorax dan emfisema) akan terjadi hiperesonan (seperti bunyi drum)
- Perkusi pekak/kempis seperti terdengar bila perkusi di atas bagian tubuh berisi udara, biasanya terjadi pada paru yang ateletaksis, pneumonia, efusi pleura, penebalan pleura/lesi masa.
- Perkusi dullness, terdengar diatas jantung
Ø AUSKULTASI
- Dengan mengunakan stetoskope di atas diafragma untuk mendengar intensitas/kenyaringan bunyi nafas
- Intensitas bisa menurun karena penurunan aliran udara melalui jalan nafas/penyekat antara stetoskope dan paru.
- Pada obstruksi/ateletaksis intensitas menurun
- Nafas dangkal : penurunan jarak udara sehingga bunyi nafas keras
- Terdapat 3 tipe bunyi nafas normal:
1. vesikuler : terdengar pada perifer paru normal
2. bronchial : terdengar di atas trakea
3. bronkovesikuler : terdengar pada kebanyakan area paru
· bunyi lain :
1. ronchi : karena adanya secret
2. wheezing : karena adanya penyempitan jalan nafas
3. friction rub : bila ada eemboli pulmonal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mengetahui keadekuatan system konduksi jantung
- EKG
- Exercise strees
Untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah
- Echocardiografi
- Angiografi
Untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi
- Spirometri
- Oksimeri
- Pemeriksaan darah lengkap
Melihat struktur system pernafasan
- X ray thorak
- Bronkoskopy
- CT scan
Menentukan sel abnormal / infeksi saluran pernafasan
- Kultur
- Sitologi
- BTA
KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidak efektifan jalan nafas/jalan nafas tidak efektif, yaitu suatu keadaan dimana seorang individu mengalami ancaman nyata/potensial pada status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk mengeluarkan secret/batuk.
Hal tersebut berhubungan dengan :
- penumpukan secret/secret kental/benda asing
- nyeri dada/abdomen yang menghalangi ekspansi paru
- tidak sadar/koma yang menyebabkan relaksasi otot
- tidak adekuatnya hidrasi
- kemampuan batuk yang terganggu
Manifestasi klinis yang mungkin di jumpai
- suara nafas abnormal
- batuk produktif/tidak produktif
- sianosis
- dyspneu
- retraksi intercostae
- perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan
INTERVENSI
Intervensi yang tepat tergantung faktor penyebab
· Pada penumpukan secret/kental, maka:
- pertahankan hidrasi yang adekuat jika tidak ada kontraindiksi penurunan curah jantung atau masalah ginjal.
- humidifikasi/nebulasi
- kolaborasi pengenceran dahak
· Jika secret berda pada saluran nafas besar sampai dengan bronchus, maka :
- intruksi individu untuk batuk terkontrol yang tepat yaitu, pasien duduk tegak, nafas dalam dan lambat, tahan selama 3-5 detik kemudian hembuskan, ambil nafas kedua tahan dan batukkan
- lakukan penghisapan lender/suction.
· Jika secret pada percabangan saluran nafas kecil atau pada alveoli, maka lakukan fisioterapi dada, postural drainage, batuk efektif/terkontrol dan suction.
· Jika karena obruksi/tersumbat karena lidah jatuh yang mengakibatkan obtruksi jalan nafas bagian atas lakukan pemasangan orofaringeal tube (mouth tube/goedel)
· Jika karena penyempitan jalan napas dibawah pharynx kolaborasikan pemasangan endotrakeal tube/trakeostomi.
Implementasi Yang berhubungan Dengan Kebutuhan O2
v Pengaturan posisi
ü Posisi fowler mulai semi fowler 150 – 300 – 450 – 600 - 900
- Dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru melalui pelongaran garakan diafragma
- Pada posisi terlentang kemampuan diafragma untuk bergerak kebawah lebih minim
- Dengan semi fowler diafragma > longar bergerak diameter rongga thorak meningkat pengembangan paru meningkat sesak berkurang
- Dilakukan pada klien yang mengalami desakan diafragma, misal: asites.
v Pembersihan jalan nafas
ü Postural drainage
- Postural drainage menggunakan gaya gravitasi dada untuk membantu dalam membuang sekresi bronkial
- Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke dalam bronki dan trakea dan membuangnya dengan membatukan atau suction
- Latihan postural drainage dapat diarahkan pada semua segmen paru. Bronki lobus yang lebih rendah dan lobus tengah mengalir lebih efektif jika kepala lebih rendah; bonki lobus yang atas mengalir lebih efektif bila kepala tegak. Seringnya pasien dibaringkan dalam 5 posisi untuk mendrainase setiap lobus; kepala lebih rendah, pronasi, lateral kanan dan kiri, dan duduk tegak
- Mengauskultasi dada sebeluam dan sesudah prosedur membantu mengidentifikasi dan keefektifan tindakan
- Postural drainage biasa dilakkan 2-4x sehari, sebelum makan (untuk mencegah mual, muntah, dan aspirasi), dan saat waktu menjelang tidur.
- Pasien dapat senyaman mungkin pada setiap posisi dan basin emesisi, cangkir sputum serta kertas tisu disiapkan
- Pasien diinstruksikan untuk tenang dalam setiap posisi selama 10 menit samapai 15 menit dan mengunakan pernafasan diafragma.
ü Perkusi (clupping) dan vibrasi dada
- Sekresi kental yang sulit untuk dibatukkan mungkin dapat dilepaskan dengan perkusi dan memvibrasi dada.
- Perkusi dan vibrasi membantu melepaskan mukus yang melekat pada bronkiolus dan dronki.
- Perkusi dilakukan dengan membentuk mangkuk pada telapak tangan dan dengan ringan ditepukan pada dinding dada dalam gerakan berirama di atas segmen paru yang akan dialirkan
- Pergelangan tangan secara bergantian fleksi dan ekstensi sehingga dada dipukul atau ditepuk dalam cara yang tidak menimbulkan nyeri
- Pakaian halus atau handuk dapat diletakkan diatas segmen dada yang ditepuk untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak langsung
- Perkusi, bergantian dengan vibrasi dilakukan selma 3 sampai 5 kali untuk setiap posisi
- Pasien mengunakan pernafasan diafragma selama prosedur untuk meningkatkan relaksasi
- Hindari melakukan perkusi pada sternum, spinal, ginjal, limfa, atau payudara (pada wanita)
- Vibrasi adalah teknik memberikan kompesi dan getaran manual pada dinding dada selama fase ekshalasi pernafasan
- Bertujuan untuk membantu meningkatkan velositas udara yang diekspirasi dari jalan nafas yang kecil, dengan demikian membebaskan mukus.
- Setelah 3 atau 4 kali vibrasi pasien didorong untuk batuk, dengan menggunakan otot-otot amdomen (mengkontraksi otot-otot abdomen meningkatkan keefektifan batuk)
- Hindari pada pasien yang haemoptoe ( batuk darah)
ü Teknik batuk
- Merupakan kelanjutan dari clubbing dan vibrasi
- Dilakukan pada klien dengan produksi sekret yang sudah mulai encer
- Mengambil posisi duduk dan membungkuk sedikit ke depan karena posisi tegak memungkinkan batuk lebih kuat
- Jaga lutut dan pangul fleksi untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi tegangan pada otot-otot abdomen ketika batuk
- Menghirup nafas dengan lambat melalui hidung dan menghembuskannya melalui bibir yang dirapatkan, beberapa kali
- Batuk 2 kali selama tiap kali ekhalasi ketika mengkontraksi (menarik kedalam) abdomen dengan tajam bersamaan dengan setiap kali batuk
- Membebat insisi dengan mengunakan sanggan bantal, jika diperlukan
- Sekret mungkin harus dihisap secara mekanis jika pasien tidak mampu untuk batuk
- Setelah prosedur, jumlah, warna, kekentalan, dan karakter sputum yang dikeluarkan dicatat warna dan nadi pasien dievaluasi beberapa kali pertama prosedur dilakukan
Pernafasan diafragmatik:
Tujuan : Untuk menggunakan dan menguatkan diafragma selama pernafasan
1. Letakakan satu tangan diatas abdomen (dapat dibawah iga) dan tangan lainnya pada tengah-tengah dada untuk meningkatkan kesadaran diafragma dan fungsinya dalam pernafasan
2. Napaslah dengan lambat dan dalam, melalui hidung biarkan abdomen menonjol sebesar mungkin.
3. Hembuskn napas melalui bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan (mengkontaksikan) otot-otot abdomen
4. Tekan dengan kuat kearah dalam dan ke atas pada abdomen sambil menghembuskan nafas.
5. Lakukan samapi 5 menit, beberapa kali sehari (sebelum makan dan waktu tidur).
ü Suction
- Jelaskan prosedur pada pasien sebelum memulai dan berikan ketenangan selama penghisapan, karena pasien mungkin gelisah berkenaan dengan tersedak
- Mulai dengan mencuci tangan secara menyeluruh
- Hidupkan sumber mesin penghisap (tekanan tidak boleh melebihi 120 mmHg)
- Buka kit kateter penghisap
- Iisi basin dengan normal salin steril
- Kenakan sarung tangan pada tangan yang dominan
- Ambil kateter penghisap dengan tangan yang mengenakan sarung tangan dan hubungkan ke penghisap
- Hiperinflasi atau hiperoksigenasi paru-paru pasien salama beberapa kali nafas dalam dengan kantong yang dapat mengembang sendiri
- Masukan keteter sejauh mungkin sampai ujung selang tanpa memberikan isapan, cukup untuk menstimulasi refleks batuk
- Berikan isapan sambil menarik kateter, memurtar dengan perlahan 360 derajat (tidak lebih dari 10 detik sampai 15 detik, karena pasien dapat mengalami hipoksia)
- Reoksigenasikan dan inflasikan paru-paru pasien selama beberapa kali nafas
- Bilas kateter dalam basin dengan normal salin steril antara tindakan penghisapan bila perlu
- Ulangi 3 samapi 5 kali
- Bilas selang penghisap
- Buang kateter, sarung tangan dan basin
0 komentar:
Posting Komentar